Selasa, 26 Juli 2011

Gadis Manis Itu Bernama Winda

Kehilangan seorang sahabat memang terasa sangat menyedihkan. Berpisah dengan seorang sahabat benar-benar memilukan hati. Apalagi jika perpisahan itu dalam jangka waktu yang cukup lama alias tidak mungkin bertemu lagi, uh, pasti tak henti-hentinya hati ini menangis. Ya, itulah yang tengah aku dan teman-teman alami saat ini. Kami kehilangan seorang sahabat yang sudah lama kami kenal.

Dia, yang meninggalkan kami adalah seorang gadis bernama Winda. Setahu kami, Winda adalah seorang gadis manis yang murah senyum. Walau kulit Winda sawo matang agak gelap, namun ia tetap percaya diri. Tidak memoles kulitnya dengan berbagai kosmetik seperti para gadis belia pada umumnya. Winda tampil apa adanya sesuai tipikal kepribadiannya yang agak pendiam. Winda oh Winda, setiap tutur katanya selalu sopan dan tidak pernah blak-blakan apalagi menyinggung perasaan seseorang. Jangankan berbicara panjang lebar, lewat depan rumah saja Winda selalu menundukkan kepala sambil menyungging senyum di bibirnya yang manis. Pemuda manapun termasuk aku, pasti tertarik melihat gadis cantik seperti Winda.

Namun, beberapa bulan lalu tersebar kabar bahwa Winda hamil di luar nikah. Tidak tanggung-tanggung, kabar burung itu mengatakan bahwa yang menghamili Winda adalah ayahnya sendiri. Astaghfirullah..! Aku tidak percaya kabar itu. Benar-benar tidak percaya. Mana mungkin gadis selugu itu melakukan hal yang dilarang agama. Ah, rasanya tidak mungkin deh, pikiranku bimbang.

Memang, beberapa bulan terakhir, Winda hanya tinggal berdua dengan sang ayah yang bekerja sebagai penjual nasi goreng dikarenakan ibunya pulang kampung ke Pulau Jawa tepatnya di Krian. Makin hari perut Winda makin membesar sedangkan tubuhnya malah semakin mengurus bagai kulit yang hanya membungkus tulang. Hembusan bisik-bisik tetangga pun semakin kencang seiring gadis pendiam itu jarang keluar rumah. Ya, pelan-pelan Winda menghilang dari keramaian. Ia jarang kuliah, tidak pernah membantu sang ayah yang tengah berjualan nasi goreng bahkan jarang melintasi depan rumahku lagi. Ia memilih berbaring saja di atas tempat tidurnya yang hangat. Bukan apa-apa, kata sang ayah, Winda tidak bisa keluar rumah karena sedang tidak enak badan.

Aku dan teman-teman yang lain hanya bisa diam saja. Kami tidak mendapatkan kesempatan melihat wajah seorang Winda karena memang hal itu tidak dibolehkan. Hingga akhirnya, kemarin (11 Juli 2011)kumendengar sebuah kabar yang memilukan. Ternyata Winda telah pulang ke Rahmatullah meninggalkan kami. Innalillahi Wainnailaihirojiun... Aku tersentak kaget sekaligus tak percaya.

Aku dan teman-temanku coba menemui keluarga Winda di tempat tinggalnya. Kebetulan jenazah gadis manis itu akan dimasukkan ke dalam ambulans untuk dimakamkan di kampung halamannya di daerah Krian. Saat kumelihat jenazah yang terbujur kaku, sempat tidak percaya bahwa itu adalah tubuh orang yang selama ini kukenal. Tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, mau tidak mau kuharus mengakui bahwa itu jenazah seorang Winda.

Pelan tapi pasti, air mataku pun mengalir membasahi pipi. Kami berharap semoga Allah menerima Winda disisiNYA. Dan Allah mengampuni dosa-dosa Winda selama hidup di dunia. Terakhir, orang tua Winda coba memberikan penjelasan pada kami bahwa ternyata dugaan masyarakat selama ini tentang Winda itu salah besar. Perut Winda membuncit bukan karena hamil, apalagi dihamili ayahnya sendiri. Namun, buncitnya perut Winda disebabkan sebuah penyakit liver yang sudah akut. Sebab itulah walau perut buncit, tubuh Winda malah semakin kurus seakan hanya terbungkus kulit saja. Hm... Tak selamanya bisik-bisik tetangga itu benar ya.


Sampang, Tanah Garam. 19 Juli 2011.
***

Rabu, 06 Juli 2011

Alhamdulillah, ini novel terbaruku yang wajib dibaca. hehehe,,,,

Telah Terbit !!

Dipersembahkan oleh UNSA

Menari di Atas Tangan
Penulis: Aswary Agansya,
Kategori: Novel
ISBN: 978-602-225-023-4
Terbit: Juli 2011
Tebal: 249 halaman
Harga: Rp. 49.500,-

Deskripsi:

Sebuah novel sederhana namun mampu meramu sebuah citarasa kehidupan remaja secara apik. Nilai persahabatan, menghargai orang lain, serta semangat dalam keterbatasan diri disuguhkan secara lembut tanpa kesan menggurui. Novel ber-setting Madura ini layak dibaca oleh remaja dan siapa pun yang ingin mengerti tentang sebuah perjuangan hidup.

Endorser :

Buku yang inspiratif. Dengan bahasanya yang santun, penulis berhasil membawa pembaca ke titik kepekaan akan hakiki seorang manusia yang banyak memiliki kekurangan. Buku ini membuat kita sadar, bahwa di dunia manusia tidak ada yang terlahir sempurna. Begitu juga bentuk fisik yang telah Allah karuniakan kepada kita. Arif dalam menyikapi kekurangan dan berusaha menggali potensi yang ada adalah salah satu tindakan yang bijak. Buku yang wajib dibaca di tengah krisis jatidiri yang kian mewabah.
-LONYENK, Penulis dan Penyiar Radio.

~*~

Aswari Agansya sebenarnya menyuguhkan karya sederhana, tetapi dalam kesederhanaan itu dia meramu sebuah cita rasa kehidupan remaja secara apik. Nilai persahabatan, menghargai orang lain, serta semangat dalam keterbatasan diri disuguhkan secara lembut tanpa kesan menggurui. Novel bersetting Madura ini layak dibaca oleh remaja dan siapapun yang ingin mengerti tentang sebuah perjuangan hidup.
-JAZIM NAIRA CHAND, Penulis Buku Ibuku Adalah...

~*~

Kegigihan, ketekunan dan keyakinan dalam menjalani hidup untuk menggapai cita dan cinta yang ditunjukan oleh tokoh bernama Jamar dalam novel ini, sememangnya layak untuk dijadikan figur bagi para remaja, tanpa harus minder dengan kekurangan yang dimiliki.
-DANG AJI, Penulis, Akuntan, dan Creator UNSA.



Untuk Pemesanan, hubungi
www.leutikaprio.com