Jumat, 15 Maret 2013

Handphoneku, Sarana Menulisku


Catatan sederhana siang ini:

Akhir-akhir ini banyak sekali dari teman-temanku yang menyinggung tentang handphoneku, karena sampai tahun 2013 aku masih mempertahankan pemakaian handphone jadul. Menurut mereka hape jadulku sudah sangat ketinggalan jaman dan aplikasinya kurang canggih tidak seperti smartphone milik mereka. Aku hanya tersenyum simpul mendengar kata-kata itu. Dan aku sama sekali tidak mempermasalahkan pendapat mereka tentang hape yang sudah tiga tahun menemaniku.

Aku paham dengan ucapan teman-temanku. Namun seandainya mereka tahu bahwa hape jadulku ini telah melahirkan 2 buah novel, aku yakin mereka tidak akan mengeluarkan pendapat semacam itu kepadaku. Mungkin saja mereka akan balik bertanya bagaimana caranya hape jadul bisa kugunakan untuk menulis buku yang beratus-ratus halaman itu.

Ya, hape jadulku mampu menampung ide-ide yang ada di kepalaku suatu waktu. Aku bahkan tidak pernah merasa kesulitan bila menuangkan ide yang tiba-tiba muncul di kepalaku ketika aku berada di jalan, di bis, di sekolah, maupun di mana saja aku berada. Maklum, kuakui sampai detik ini aku memang belum mampu membeli notebook atau bahkan sebuah laptop seperti teman-temanku.

"Menari di Atas Tangan" merupakan novel kedua yang diterbitkan secara indie pada tahun 2011 lalu. Mungkin tak banyak yang tahu tentang proses penulisan novel itu, karena dari huruf ke huruf yang tertera tercipta dari handphone jadulku. Bahkan bukan hanya novel berjudul Menari di Atas Tangan saja, tapi masih ada skripsi, beserta beberapa tulisan lain yang tergabung dalam beberapa buku antologi bersama dan postingan di blogku. Dan semua itu adalah hasil dari hape jadul milikku.

Proses penulisannya memang cukup rumit tapi tak membuatku bosan apalagi jenuh oleh kerumitan itu. Aku bahkan sangat menikmati proses menulisku dari handphone jadul ini. Aku bisa menulis kapan saja, di mana saja, dalam posisi apa saja, tidur atau duduk, atau pun saat santai menonton televisi di rumah. Dalam keadaan apapun aku bisa menuangkan ide unik di hape jadul kesayanganku.

Aku cukup menyediakan bluetooth dan flasdisk untuk menyimpan tulisan-tulisan yang telah kuketik dalam notes hape jadul. Jika aku telah mengatur jenis kertas dan spasi melalui komputer warnet, maka naskah itu siap di kirimkan ke even lomba menulis yang akan kuikuti atau sekedar posting di catatan facebook maupun blogku.

Kini, kembali aku membuat novel ke-3 tentang pendidikan (tentang pengalaman seorang guru). Dan itu murni hasil ketikan dari handphone jadul yang selama ini menemaniku. Aku sangat berharap novelku kali ini bisa menembus penerbit mayor sehingga aku mampu membeli sebuah notebook. Aku berharap kepada yang membaca catatan ini untuk mendoakanku. Terima kasih pula telah mampir dan membaca catatan singkat yang sekali lagi kuketik menggunakan hape jadulku.

***