Selasa, 23 Desember 2014

Sepenggal Kisah Kami di Kota Batu



Izinkan cintaku berbunga di hatimu
Biar terus mekar jadi kenyataan...
T'lah lama kudahaga belaian seorang insan
Semoga bersamamu, bahagia hidupku...

(Nike Ardila - Suara Hati)


Lagu itu menjadi teman dalam gelapnya malam. Saat aku dan Vi hendak berangkat ke kota Malang. Iya, tepat pukul 01.30 dini hari (tanggal 21-12-2014) rombonganku bertolak dari kota Sampang menuju kota kenangan Malang. Dan inilah lembaran baru yang akan terangkai dalam kisahku bersama Vi.

Pagi itu tak banyak kata-kata yang keluar dari bibirku dan bibir Vi, selain karena waktu yang tidak memungkinkan, rasa kantuk pun tengah menghiasi mata kami berdua. Hanya saja, aku melihat rona bahagia di wajah Vi. Rona yang sama sekali belum pernah aku lihat selama ini. Aku rasa dia bahagia bisa liburan yang benar-benar dinamakan liburan.

Matahari muncul di ufuk timur. Selepas shalat subuh di Masjid Agung Surabaya, bis kami langsung melaju menuju kota Pandaan. Destinasi pertama adalah masjid Muhammad Cheng Hoo Pandaan. Disana, kami sengaja singgah untuk sarapan pagi dan ada yang sholat dhuha. Selebihnya, hanya foto-foto.






Tepat pukul 07.30 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju kota Batu. Tempat yang kami tuju adalah wisata alam air terjun Coban Rondo. Pukul sepuluh pagi kami tiba disana, tentu saja setelah berkutat dengan macetnya perjalanan antara kota Pandaan hingga ke Malang.

"Air terjun Coban Rondo menjadi saksi bahwa aku sayang kamu!" Bisikku di telinga kanan Vi.

Kalimat itu seakan-akan kalimat paling romantis yang pernah aku sampaikan kepada seorang gadis. Hanya saja, ada satu kekurangan disana, yaitu sepotong coklat yang sengaja kusediakan ternyata tertinggal di bis. Alhasil, pernyataan cinta itu terasa kurang lengkap.

Dinginnya alam sekitar air terjun tak akan pernah aku lupakan. Disana, sepenggal kisahku terukir. Terukir bersama Vi. Apalagi saat gerimis datang mendera, rasanya hati ini enggan untuk meninggalkan tempat itu. Ah...

Pukul dua siang rombongan kami kembali beranjak dari Coban Rondo. Sore itu kami berkunjung ke sebuah tempat rekreasi terbaru di Batu. Namanya Museum aAngkut+. Disana, banyak sekali jenis angkutan yang dipamerkan, mulai dari mobil-mobil antik yang berada di seantero negeri. Bahkan juga ada dari negara-negara lain. Pada zona pertama, kami disuguhi angkutan-angkutan keluaran tahun 60an. Ditambah adanya kereta kuda yang berasal dari berbagai negara dan beberapa kendaraan yang bernuansa sejarah. Belum lagi sepeda-sepeda jadul yang bermesin tempel, aku baru tahu kalau ternyata jaman dulu ada sepeda semacam itu. Cukup menarik perhatian.

Di lokasi wisata ini pula aku kembali menorehkan kisah bersama Vi. Diatas ketinggian 860 dpl aku katakan bahwa aku sayang dia. Iya, hati ini terlampau bahagia saat bersamanya. Rasa lelah tak terasa begitu bersama Vi. (Haha, yang ini agak lebay ya!!!!)

Satu momen paling kusuka saat berada di lokasi ini. Wahana Gangster Town adalah lokasi paling favorit. Sebab, aku dan Vi merasakan nuansa yang berbeda. Rasanya kami sedang berada di Amerika. Iya, cukup berlebihan memang, namun itulah yang kami rasakan. Dan, selepas isya kami pulang dari Museum Angkut+.

Sebenarnya ada satu tempat lagi yang rencananya kami kunjungi. Yaitu taman kota Batu yang kata orang terbersih seIndonesia. Disana, di atas bianglala, aku berencana kembali menyatakan cintaku pada Vi. Tentu saja dengan sebuah coklat yang kusediakan. Aku pikir itu akan menjadi momen paling romantis. Hanya saja, rencana itu gagal. Sebab, kami harus segera pulang ke Madura. Apalagi cuaca batu tidak memubgkinkan, sedikit gerimis dimana-mana. Ah, mungkin inilah yang dinamakan rahasia Tuhan. Sebaik manusia berencana, tetap Tuhanlah yang menentukan semuanya.

Tapi tak bisa aku pungkiri bahwa 24 Jam bersama Vi, membuatku bahagia. Iya, lembaran baru dalam kisahku tertulis hari itu. Bagaimana kisahku selanjutnya bersama Vi, hanya Tuhanlah yang tahu rahasia itu. Aku berharap Vi mau menemaniku, melengkapi kisah hidupku. Amin.

Menjelang senja, 04.30 WIB
Sampang, 23 Desember 2014...
Kamar inspirasiku.
***





Maaf Tuhan

Tuhan, maafkan aku bila aku merasakan hal semacam ini. Iya, maafkan hamba yang penuh dengan lumuran dosa ini…

Kau ciptakan cinta untuk menghiasi hati para hamba yang sedang kesepian. Kau ciptakan laki-laki dan perempuan untuk bisa merasakan indahnya rasa bertajuk cinta. Tapi, tapi mengapa sebagai manusia aku merasa belum pernah merasakan indahnya jatuh cinta seutuhnya? Apakah aku tidak pantas untuk dianugerahi perasaan itu? Ah, sekali lagi maafkanlah aku Tuhan, maafkan.

Sebagai manusia, aku merasa sedih dengan keadaan yang selama ini aku alami. Aku kembali mendapat penolakan cinta. Sakit rasanya. Apakah ini yang dinamakan cinta? Atau hanyalah kekaguman belaka? Atau hanyalah kesemuan agar aku merasa bahagia sekilas? Ah, aku benar-benar tidak paham.

Mengapa Tuhan, tiap kali aku merasakan indahnya jatuh cinta, perasaan itu hanya singgah sekilas. Iya, seperti enggan menjadi bagian dari hidupku. Sepertinya rasa itu seolah-olah hanya ingin mempermainkanku saja. Tak sepenuhnya mau singgah di sini, di hatiku. Ah, mengapa itu bisa terjadi ya Tuhan? Padahal aku berharap lebih padanya.

Namun, aku akan tetap berusaha berbaik sangka saja padaMu, Tuhan. Sebagai manusia aku akan berusaha berbaik sangka padaMu. Aku akan mencoba bersabar dan menerima semua ini. Bila aku boleh meminta, tolong beri aku kesempatan merasakan indahnya cinta sejati. Ya, cinta yang seutuhnya. Sebuah rasa timbal balik antara aku dan dia. Semoga Engkau mau memenuhi peemintaanku. Kuyakinkan hatiku bahwa Engkau masih menyimpan satu rahasia indah untukku. Iya kan, Tuhan?

Malam Kelabu di
Kamar Inspirasiku,
04072014…
***

Proposal Untuk Fi

Dear Fi,

Bila seorang pujangga menganggap mawar adalah lambang cinta, maka bagiku ATS adalah awal kedatangan cinta. Iya, tempat sederhana itu adalah awal hadirnya sebuah rasa di sini, di hatiku.

Mata ini masih ingat betul bagaiamana pertama kali melihatmu di pelataran ruang kelas. Senyummu yang menawan telah meluluhkan hatiku yang sedang sepi kala itu. Ya, walau mungkin sebenarnya kau bukan tersenyum kepadaku dan untukku. Dalam hitungan detik aku langsung terkesima melihatmu.

Namun, saat itu pula hatiku kembali ciut. Tahukah mengapa? Karena aku melihatmu bersanding dengan seorang guru muda yang belakangan ini aku ketahui adalah kakakmu sendiri. Sungguh malu bila aku mengingat momen itu, iya benar-benar malu, Fi.

Terkadang ingin rasanya aku mengulurkan tangan kananku untuk berkenalan denganmu, namun untuk kesekian kalinya aku merasa malu dan malu. Aku takut apa yang tengah memenuhi ruang hatiku tak sesuai dengan kenyataan hidup. Ya, aku takut uluran tanganku kau hiraukan. Kuputuskan saja mengurungkan niat itu. Mengagumimu dari jauh.

Waktu pun terus berjalan. Beberapa kesempatan seringkali kumelihat wajahmu dari kejauhan, dari lantai dua beranda sekolah tepatnya. Kau begitu mempesona saat bercanda dengan beberapa siswa. Aku berandai-andai bagaimana rasanya bercanda denganmu. Mungkin saja rasa sakit hati yang pernah aku alami akan benar-benar hilang dan berganti keceriaan. Entahlah, yang jelas aku memang sering memperhatikan perangaimu dari kejauhan.

Dan betapa bodohnya aku saat mengetahui siapa yang sering mengLike statusku di media sosial facebook. Betapa kagetnya aku tatkala kaulah itu, Fi. Ya, itu benar-benar kamu. Aku merasa mendapat durian runtuh tatkala mengetahui keajaiban itu. Makanya aku memberanikan diri menanyakan beberapa hal sama kamu. Dan itulah awal perbincanganku dengan gadis yang selama ini aku kagumi. Yaitu kamu Fi.

Fi, jika aku boleh meminta sesuatu, izinkanlah aku menitipkan sesuatu sama kamu, sebuah Prososal Cintaku. Ya, aku ingin mengajukan proposal cintaku sama kamu Fi. Berharap akan kau ACC nanti. Boleh kan? :)

Aku sadar bahwa akh bukanlah pemuda yang sempurna. Maka dari itu aku ingin menjadikanmu sebagai penyempurna dalam hidupku. Begitu juga aku, akan berusaha menjadi penyempurna dalam hidupmu. Bukankah seringkali kita dengar sebuah istilah bahwa “Lelaki sejati adalah yang berani melamar pujaan hatinya”, itulah yang aku usahakan saat ini Fi. Tolong beri aku kesempatan itu. Kesempatan menjadi pendampingmu.

ttd: pengagummu

Kamar Inspirasi, Ramadhan-29072014.

Menjelang senja…
Tanah Garam, Madura.
***

Kenangan Seorang Ayah

“Selamat Hari Ayah Nasional…!”

Itulah kalimat yang kudengar pagi tadi (12/11/2013) dari sebuah acara di stasiun televisi. Sejujurnya aku tidak pernah tahu bahwa hari ini adalah hari spesial untuk kaum adam bergelar Ayah. Tapi setelah mendengar kalimat itu, aku tergerak untuk menulis sebuah catatan sederhana tentang sosok ayahku.

Bapak, begitulah aku memanggil Ayahku. Membayangkan keberadaan Bapak, aku harus kembali membuka berkas kenangan masa silam yang telah aku simpan dalam-dalam. Sudah 15 tahun lamanya aku memendam kenangan itu. Karena aku pikir pengalaman bersama Bapak hanyalah akan menjadi kenangan masa lalu kami saja. Tak perlu diungkit-ungkit lagi.

Dulu saat kami tinggal di Surabaya, Bapak bekerja sebagai pasukan kuning. Ia yang tengah mengenakan seragam kebanggaannya, yang serba kuning itu, berjalan di sepanjang sisi jalan Surabaya Utara. Menyapu jalan dan mengumpulkan sampah jalan perkotaan. Sambil membawa sebuah gerobak warna kuning bertuliskan gerobak sampah, Bapak dengan ikhlas melakukan semuanya. Ya, Bapakku adalah seorang pekerja kebersihan yang penuh dengan segudang kesabaran.

Aku tak tahu bagaimana cara Bapak bekerja kala itu. Karena aku memang masih dalam masa kanak-kanak yang tidak tahu apa-apa apalagi urusan orang tua. Namun dari cerita Ibu, Bapak adalah lelaki gagah. Ia tak kenal lelah bekerja meski kulitnya terbakar sinar matahari yang membuatnya berwarna hitam legam. Keringat yang keluar hampir sama dengan semangat Bapak, semakin bercucuran semakin berkobar saja.

Sejujurnya, aku tidak bisa membayangkan bagaimana kerasnya perjuangan Bapak. Untuk menghidupi keluarga kecilnya. Seorang istri dan keempat anaknya. Sebuah kesuksesan jerih payah Bapak yang tampak adalah kakak pertamaku yang bisa lulus kuliah dan menjadi guru sekolah dasar. Aku pikir itu adalah sebuah contoh perjuangan besar bagi seorang lelaki yang bergelut dengan sampah-sampah dan gerobak sampahnya yang tak lepas dengan aroma tak sedap.

Aku memang belum merasakan perjuangan Bapak untukku. Karena sejak usiaku 9 tahun, Bapak buru-buru pergi dari keluargaku. Dia pulang ke rahmatullah dan menyisakan luka disetiap hati kakak dan Ibuku. Terlebih, Bapak mewariskan tugas kepada Ibu untuk menjadi kepala keluarga sejak kepergiannya itu. Bapak belum sepenuhnya mampu membawa anak lainnya sekolah setinggi pendidikan kakak pertamaku.

Tapi… ada satu hal yang tak dapat aku lupakan ketika masih bersama Bapak dulu. Aku ingat betul bagaimana Bapak menunjukkan kasih sayangnya padaku. Yaitu ketika Bapak mengajakku mudik ke Madura, menyeberang dengan mengendarai kapal ferry di pelabuhan Ujung -Kamal. Bapak coba bercerita tentang kapal-kapal yang bertengger di sisi pelabuhan. Jurusan Banjarmasin, kapal para angkatan laut sampai kapal pengangkut garam sekalipun. Tak lupa juga Bapak menceritakan mengapa ada patung besar seorang angkatan yang sering kami sebut patung sombong di pelabuhan Ujung. Aku yakin di masa mudanya, Bapak adalah pemuda yang cerdas mencari ilmu.

Ah, ternyata kenangan masa kecil itu tak mungkin bisa terulang kembali. Kenangan tetaplah kenangan. Bayangan tetaplah menjadi bayangan. Tak bisa dialihkan menjadi kenyataan yang berulang. Bapak telah pergi dan takkan mungkin kembali lagi. Hanya doalah yang bisa kusemaikan untuk Bapak di akhirat. Semoga amal ibadahnya diterima oleh Tuhan. Amin ya robbal alamin.

… dan buat para ayah atau bapak diluar sana, aku ingin mengucapkan Selamat Hari Ayah Nasional …

Senja. Selasa,12112013. ***