Jika ditanya, kegiatan apa yang paling melelahkan selama pertengahan September 2015? Aku akan menjawab, proses pengakreditasian sekolah. Ya, persiapan menghadapi akreditasi benar-benar melelahkan gaeeess, melelahkan...!!! :D
Selama aku mengajar di SMA Islam Attaroqqi Tsani, ini pengalaman pertama mengikuti program Akreditasi sekolah. Bukan hanya aku dan para guru yang merasakan pengalaman pertama, namun sekolah tempatku mengajar pun mengalaminya, tentu saja pengalaman untuk mengejar sebuah pengakuan melalui jalan pengakreditasian.
Awal Juli 2015, kepala sekolah menugasiku sebagai salah satu tim yang termasuk 8 standar pendidikan yang akan dinilai. Mulai dari (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan terakhir (8) Standar Penilaian. Kebetulan aku kebagian Standar Lulusan, yang mana harus mengumpulkan berkas-berkas berupa kegiatan penting seperti upacara hari kenegaran, prestasi dalam lomba, pentas seni, sosialisasi masyarakat, serta hal-hal yang berkaitan dengan standar kelulusan. Mendengar kabar bahwa masuk tim 8 standar, aku sedikit shock. Benar-benar shock. Tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana.
Ketakutan akan ketidakmampuan menjalankan tugas selalu muncul di kepala. Begitulah yang kurasakan saat menerima kertas berisi puluhan pertanyaan yang harus kujawab dan kupertanggungjawabkan. Aku bahkan sempat merasa down ketika melihat sekilas halaman pembuktian yang akan berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan di halaman paling depan. Terlebih data-data yang harus dikumpulkan harus sesuai dengan syarat yang sudah ditentukan, yaitu selama 3 tahun terakhir. Mampus nih, berkas tiga tahun yang lalu udah nggak jelas ada di mana, pikirku risau seraya mengamati deretan pertanyaan yang tertera. Namun, setelah beberapa waktu berselang, pelan-pelan aku bisa melewatinya dengan lancar.
Standart Llusan itu berisi sekitar 35 pertanyaan, yang berkaitan dengan kelulusan dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa hal yang ditanyakan, namun lebih banyak mengarah pada kegiatan-kegiatan sosial siswa, seperti bagaimana cara siswa mendapatkan informasi selain melalui buku dan media massa? Bagimana prestasi yang diraih siswa dalam bidang olah raga, seni dan budaya? Serta, apa saja keahlian yang bisa dikembangkan setelah siswa lulus sekolah nantinya? Kurang lebih seperti itulah data-data yang harus kukumpulkan.
Dan kemarin, tepatnya pada hari Kamis, 10 September 2015, aku harus mempertanggungjawabkan apa yang menjadi tugasku kepada para assesor yang bertugas berkunjung ke sekolah.
Pukul 07.00 WIB, sebuah mobil warna putih masuk ke pelataran sekolahku. Keluarlah dua orang pria bertubuh kurus dari mobil itu. Satu memakai kemeja bermotif batik warna biru, yang akhirnya kukenal dengan nama Pak Nurali. Dan seorang lelaki dengan tinggi badan lebih tinggi dari Pak Nurali dengan memakai kemeja warna abu-abu dengan motif garis warna putih. Namanya Pak Abdullah Sidiq Notonegoro.
Pak Nurali berprofesi sebagai pengawas SMA di Bojonegoro, sedangkan Pak Sidiq sebagai dosen di salah satu universitas di kota Gresik. Keduanya pun menanyakan kepada kami, para guru yang bertugas menunjukkan bukti fisik sesuai tugas masing-masing, selama beberapa jam ke depan. Tak lupa, para assessor mengecek kendisi sekolah mulai dari ruang kelas, ruang guru, laboratorium, sampai kantin dan kamar mandi.
Aku bersyukur ketika Pak Sidiq mengangguk-angguk begitu melihat beberapa bukti fisik yang kusediakan. Aku juga bersyukut tatkala senyum sumringah muncul begitu aku selesai mempertanggungjwabkan semua pertanyaan. Beliau memberikan beberapa tips untuk melengkapi kekurangan tugasku dalam standar lulusan yang masih dianggap kurang, sebelum akhirnya aku tersenyum bahagia setelah beberapa pertanyaan terjawab lancar.
Inilah satu babak baru yang dialami sekolah tempatku mengajar. Semoga hasil dari visitasi kemarin, akan membawa kami ke perubahan yang lebih baik lagi. Tak lupa aku berdoa kepada Tuhan, semoga SMA Islam Attaroqqi Tsani menelurkan generasi-generasi muda yang kreatif. Yang selalu bermanfaat untuk pembangunan Indonesia. Bahkan untuk perkembangan agama, sosial dan budaya. Amin Ya robbal Alamin...
Kamar Inspirasiku,
12 September 2015
Tanah Garam, Madura,
Pukul 21.41 WIB
***
Selama aku mengajar di SMA Islam Attaroqqi Tsani, ini pengalaman pertama mengikuti program Akreditasi sekolah. Bukan hanya aku dan para guru yang merasakan pengalaman pertama, namun sekolah tempatku mengajar pun mengalaminya, tentu saja pengalaman untuk mengejar sebuah pengakuan melalui jalan pengakreditasian.
Awal Juli 2015, kepala sekolah menugasiku sebagai salah satu tim yang termasuk 8 standar pendidikan yang akan dinilai. Mulai dari (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan Prasarana, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan terakhir (8) Standar Penilaian. Kebetulan aku kebagian Standar Lulusan, yang mana harus mengumpulkan berkas-berkas berupa kegiatan penting seperti upacara hari kenegaran, prestasi dalam lomba, pentas seni, sosialisasi masyarakat, serta hal-hal yang berkaitan dengan standar kelulusan. Mendengar kabar bahwa masuk tim 8 standar, aku sedikit shock. Benar-benar shock. Tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana.
Ketakutan akan ketidakmampuan menjalankan tugas selalu muncul di kepala. Begitulah yang kurasakan saat menerima kertas berisi puluhan pertanyaan yang harus kujawab dan kupertanggungjawabkan. Aku bahkan sempat merasa down ketika melihat sekilas halaman pembuktian yang akan berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan di halaman paling depan. Terlebih data-data yang harus dikumpulkan harus sesuai dengan syarat yang sudah ditentukan, yaitu selama 3 tahun terakhir. Mampus nih, berkas tiga tahun yang lalu udah nggak jelas ada di mana, pikirku risau seraya mengamati deretan pertanyaan yang tertera. Namun, setelah beberapa waktu berselang, pelan-pelan aku bisa melewatinya dengan lancar.
Standart Llusan itu berisi sekitar 35 pertanyaan, yang berkaitan dengan kelulusan dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa hal yang ditanyakan, namun lebih banyak mengarah pada kegiatan-kegiatan sosial siswa, seperti bagaimana cara siswa mendapatkan informasi selain melalui buku dan media massa? Bagimana prestasi yang diraih siswa dalam bidang olah raga, seni dan budaya? Serta, apa saja keahlian yang bisa dikembangkan setelah siswa lulus sekolah nantinya? Kurang lebih seperti itulah data-data yang harus kukumpulkan.
Dan kemarin, tepatnya pada hari Kamis, 10 September 2015, aku harus mempertanggungjawabkan apa yang menjadi tugasku kepada para assesor yang bertugas berkunjung ke sekolah.
Pukul 07.00 WIB, sebuah mobil warna putih masuk ke pelataran sekolahku. Keluarlah dua orang pria bertubuh kurus dari mobil itu. Satu memakai kemeja bermotif batik warna biru, yang akhirnya kukenal dengan nama Pak Nurali. Dan seorang lelaki dengan tinggi badan lebih tinggi dari Pak Nurali dengan memakai kemeja warna abu-abu dengan motif garis warna putih. Namanya Pak Abdullah Sidiq Notonegoro.
Pak Nurali berprofesi sebagai pengawas SMA di Bojonegoro, sedangkan Pak Sidiq sebagai dosen di salah satu universitas di kota Gresik. Keduanya pun menanyakan kepada kami, para guru yang bertugas menunjukkan bukti fisik sesuai tugas masing-masing, selama beberapa jam ke depan. Tak lupa, para assessor mengecek kendisi sekolah mulai dari ruang kelas, ruang guru, laboratorium, sampai kantin dan kamar mandi.
Aku bersyukur ketika Pak Sidiq mengangguk-angguk begitu melihat beberapa bukti fisik yang kusediakan. Aku juga bersyukut tatkala senyum sumringah muncul begitu aku selesai mempertanggungjwabkan semua pertanyaan. Beliau memberikan beberapa tips untuk melengkapi kekurangan tugasku dalam standar lulusan yang masih dianggap kurang, sebelum akhirnya aku tersenyum bahagia setelah beberapa pertanyaan terjawab lancar.
Inilah satu babak baru yang dialami sekolah tempatku mengajar. Semoga hasil dari visitasi kemarin, akan membawa kami ke perubahan yang lebih baik lagi. Tak lupa aku berdoa kepada Tuhan, semoga SMA Islam Attaroqqi Tsani menelurkan generasi-generasi muda yang kreatif. Yang selalu bermanfaat untuk pembangunan Indonesia. Bahkan untuk perkembangan agama, sosial dan budaya. Amin Ya robbal Alamin...
Kamar Inspirasiku,
12 September 2015
Tanah Garam, Madura,
Pukul 21.41 WIB
***
Penandatanganan Berita Acara bersama Pak Nurali
Kelas XII IPS
Kelas XI IPS
Kelas X
Tidak ada komentar:
Posting Komentar