Oleh : Aswari Agansya
Namaku Arie, aku tinggal di kota Sampang pulau Madura. Hobiku jalan-jalan, ya sampai detik ini masih seputar Jawa Timur sih. Aku pernah backpack ke Malang, Kediri, Surabaya dan hampir keliling Madura. Ups! aku juga pernah ke Bali loh (he he he maaf lupa). Entah sudah beberapa kali aku ke Surabaya, sepertinya nggak kehitung deh. Ngomong-ngomong, perjalanan ke Surabaya kemarin memberikan kesan yang unik bagiku.
Di kota Sampang aku mempunyai geng bernama d’chins yang terdiri dari 4 orang. Ketiga temanku itu bernama Lian, Nasrul, dan Agung. Kami gemar sekali berpacking ria. Pada hari Minggu tanggal 27 Desember 2009 kemarin, d’chins saling kontak. Ya conferens call-lah istilahnya. Maklum Nasrul waktu itu posisinya lagi di Surabaya
Kami berempat pun terlibat obrolan-obrolan ringan. Kami sibuk mencari solusi yang tepat untuk perjalanan akhir tahun ini. D’chins bingung mau menghabiskan malam akhir 2009 dan menyambut datangnya tahun 2010 dimana? mau ke pulau Bali, he he he budget kami pas-pasan. Lagipula malam pergantian tahun baru kurang lima hari lagi, belum ada persiapan, ditambah pasti angkutan menuju ke pulau itu sudah penuh. Coba bayangkan jika dengan kondisi budget yang pas-pasan itu kami nekat ke Bali, terus ujung-ujungnya kami kekurangan uang untuk pulang lagi ke Madura Apa itu nggak seru? Bukan seru lagi, tapi menambah masalah baru, so menurut kami Bali masih belum tepat. Sedangkan jika menghabiskan malam pergantian tahun 2009 ketahun 2010 di pulau Madura, uh . . . . ! rasanya bosen banget deh. Kesannya nggak ada perkembangan.
Kalau aku kaya, mungkin aku akan menghabiskan malam tahun baru diluar negeri, ke Perancis, Australia atau keliling Eropa misalnya. Sayangnya, kondisi keuanganku terbatas dan terpaksa mencari jalan lain. Setelah beberapa menit mencari solusi yang pas dan tak mengurangi pengalaman, akhirnya kami menemukan jalan keluar yang pas. Pas sekali dengan kondisi budget kami waktu itu. Puas rembuk sana rembuk sini, kota Surabayalah yang cocok untuk d’chins. Right, d’chins will goes to Surabaya for new year party….
Tak terasa hari Kamis tanggal 31 Desember 2009 pun telah tiba. Sebelum berangkat ke Surabaya. Pagi-pagi aku dan Lian masih harus ke kota Pamekasan, Universitas Madura karena kami masih ada kuliah waktu itu. Kami sengaja ke Surabaya sepulang kuliah pada pukul 10.30 WIB. Ya… biar sama-sama lancar gitu deh. Kuliah lancar, jalan-jalan ke Surabaya pun lancar, tul nggak?
Tepat pukul 11.00 WIB, aku, Lian dan Agung berkumpul di terminal kota Sampang, menunggu bus yang akan membawa kami ke Surabaya, bus Pelita Mas pun akhirnya datang, tanpa pikir lagi aku, Lian dan Agung langsung naik kedalam bus warna hijau itu dan mencari kursi yang masih kosong. Sepertinya bus itu tampak penuh, banyak para pemuda yang mau keluar pulau Madura, untung kami masih kebagian tempat duduk. Aku duduk didekat jendela.
Dulu kalau aku ke Surabaya perjalan membutuhkan waktu 3 jam. Itupun sebelum dibangunnya jembatan terpanjang di Indonesia yang tak lain dan tak bukan Jembatan Suramadu. Sebuah ikon baru bagi pulau Madura yang sekaligus menyambung pulau Madura dan Surabaya yang megah itu. Kini dengan adanya jembatan tersebut perjalanan ke Surabaya bisa ditempuh kurang lebih dua jam saja.
Ketika melewati jembatan tersebut, aku seakan takjub melihat kemegahan Suramadu meski memandang dari dalam bus. Apalagi ketika berada dibentang tengah, aku semakin terpesona sekaligus bangga, pemandangan dari bentang tengah benar-benar mengesankan. Tampak sisi pulau Madura dan sisi Surabaya begitu indah, ditambah tampak terlihat kapal Ferry yang sedang melintas diatas laut. Aku sempat berpikir ketika melintasi jembatan itu, seandainya saja jembatan Suramadu ini bisa terkenal seperti Harbour Bridge di Sydney? Ah terlalu tinggi kali ya? tapi mungkin sajakan?
Setelah memasuki Surabaya. Aku dan kedua temanku mulai siap-siap karena kami akan turun di jalan Jakarta. Jam menunjukkan pukul 13.00 WIB dan kami belum sholat dzuhur, kami pun memutuskan menuju masjid Sunan Ampel di jalan Pegirian. Hitung-hitung sekaligus ziarah gitu, jadi dari jalan Jakarta kami bertiga memilih jalan kaki menuju Ampel. Kami memang sengaja jalan kaki supaya lebih terasa puasnya.
Pada pukul 13.45 WIB kami sampai di Masjid Ampel. Langsung kami sholat, lalu menunggu kedatangan Nasrul. Kami sepakat ketemuan di Masjid Ampel supaya lebih dekat ke ITC Mega Grosir. Tak begitu lama kami bertiga menunggu Nasrul. Dia memang pemuda tepat waktu. Sekitar pukul 14.00 WIB Nasrul datang dari arah selatan. Akhirnya kami pun segera meninggalkan Ampel dan menyusuri daerah Botoputih dengan berjalan kaki. Kebetulan ITC grosir yang bersebelahan dengan Carrefour itu tak begitu jauh dari Ampel. Lalu kami berempat memasuki jalan Gembong. Sebelumnya kami melewati Kortopaten dan ujung timur wisata Kya-Kya di jalan Kembang Jepon. Kya-Kya merupakan salah satu tempat wisata bernuansa Tionghoa. Disana banyak sekali pernak pernik berbau Tionghoa, mulai dari lampion, lilin hingga tempat angpao.
Langit tampak mendung dengan mega hitam yang muram. Kami terus berjalan di jalan Gembong tempat ITC Mega Grosir bearada. Langkah kamipun semakin dipercepat
“Eh . . . bro! cari makan yuk, kayaknya perutku sudah keroncongan nih” seru Agung
“Ok deh. Kita cari makan didalam” sahut Lian.
Memang sejak berangkat dari pulau Madura, perut kami belum terisi apapun. Maka tak salah jika perut kami mulai memanggil-manggil makanan. Setibanya didalam mall, kamipun mencoba mencari tempat makan untuk mengisi perut.
Akhirnya setelah ngos-ngosan berkeliling mencari tempat makanan yang cocok. Kami berempat memutuskan ke Pizza Hut aja, lumayan bisa mengganjal perut dan yang penting perut kami nggak terlalu kosong. Dua buah pizza Deluxe Cheese dan empat gelas coca cola menjadi santapan kami sore itu. Begitu disajikan, segera makanan itu berpindah dalam perut kami. Hmmm, enak juga rupanya Deluxe Cheese itu.
Lalu aku beranjak dari kursi, dan kembali berkeliling mall sepuasnya. Tentu saja setelah membayar semua yang telah kami makan. Ada kejadian lucu ketika Nasrul pergi ke toilet untuk buang air kecil. Saking tak kuat menahan, dengan seenaknya Nasrul nyelonong masuk toilet wanita. Sontak para wanita berteriak hisetris melihat sosok Nasrul, akhirnya petugas penjaga toilet itu menegur Nasrul, Nasrul tersipu malu. Kami tertawa mendengar cerita Nasrul seusai dari toilet itu.
Hingga malam tiba kami berjalan-jalan di ITC Mega Grosir. Beli camilan, main game station sampai membeli beberapa baju yang lagi big sale (Hehehe . . . kayak perempuan aja ya). By the way, tak terasa waktu menunjukkan pukul 19.00 WIB. Kami memutuskan get out dari ITC menuju Tugu Pahlawan, untuk menikmati keramaian masyarakat Surabaya menghabiskan malam pergantian tahun ini. Setelah keluar dari mall itu, aku memandang langit memastikan apakah cuaca masih cerah-cerah saja atau sedang mendung. Ternyata malam itu cuaca tetap saja mendung!
Segera kami bertolak dari ITC Surabaya dan menuju kearah barat menyusuri jalan Bunguran hingga melewati pasar Atom. Terus berjalan kearah barat dan melewati Kebon Rejo. Lalu belok kiri kearah selatan menuju jalan Pahlawan. Ketika sampai di Tugu Pahlawan waktu menunjukkan pukul 21.30 WIB. Tak kebayang selama dua jam setengah kami berempat menyusuri jalan. Tapi tampaknya kaki kami masih tak terasa lelah sedikitpun.
Perut kami kembali terasa lapar. Tugu Pahlawan malam ini benar-benar ramai dan padat akan warga Surabaya. Pandangan mataku menangkap sebuah warung sate lalat. Kamipun tertarik ingin menikmati sate lalat. Bagaimana sih bentuk dari sate lalat itu? apakah yang disate itu lalat? hehehe, kami penasaran banget deh!. Penasaran eh penasaran, kamipun saling pandang dan tersenyum tatkala sepiring sate itu disajikan didepan kami, kami pikir ratusan lalat akan ditusuk menjadi sate, taunya sate lalat hanyalah nama belaka. Sebenarnya sate lalat itu terbuat dari daging ayam yang dipotong kecil-kecil mirip lalat. Jadi karena itulah disebut sate lalat.
Sungguh sangat lezat makan sate lalat sambil menikmati suasana pusat kota yang dipenuhi masyarakat sekitar diiringi suara motor-motor yang sangat bising. Memang moment malam tahun baru yang tak dapat terlupakan. Setelah perut kenyang, kamipun melanjutkan perjalanan keliling monumen Pahlawan. Sesekali kami duduk dan saling jeprat jepret mengabadikan suasana malam itu.
Sebenarnya, malam pergantian tahun di kota Sampang pulau Madura dengan di Surabaya ini tak jauh berbeda. Suasananya yang ramai dengan hiruk pikuk suara terompet yang saling sahut-sahutan benar-benar tak dapat dibedakan. Tapi satu yang membuat berbeda diantara keduanya yaitu lokasi. Ya, di Surabaya ini mampu memberikan nuansa-nuansa baru. Ditambah, dalam satu hari ini banyak hal-hal baru yang kami dapat.
Semarak malam pergantian tahun terus berlangsung, tiba-tiba tepat pukul 23.30 WIB kota Surabaya dikagetkan dengan turunnya gerimis. Meski demikian tak membuat warga beranjak dari tempatnya masing-masing. Mereka seakan-akan yakin bahwa malam itu tak akan turun hujan, melainkan hanya gerimis semata. Untuk menghangatkan badan kami d’chins team mencoba menghangatkan diri dengan membeli jagung rebus dan roti bakar.
Seusai teriakan para terompet, percikan kembang api dilangit menandakan tahun baru 2010 telah datang. Kami pun pergi dari Tugu Pahlawan seiring semakin sepinya tempat itu, aku dan ketiga sahabatku hendak menuju rumah Nasrul dikawasan Tandes untuk beristirahat. Tepat pukul 00.30 WIB kami tiba di rumah Nasrul. Tanpa pikir panjang akhirnya kami tidur, mencoba mengistirahatkan otot-otot kaki yang sangatlah letih dan hampir patah akibat seharian kelayapan.
Perjalananku tidak berhenti dimalam itu, keesokan harinya tepat tanggal 1 Januari 2010 pukul 08.00 WIB, aku dan ketiga sahabatku melanjutkan perjalanan menuju jalan Basuki Rahmat tempat Gramedia Expo the bookstore, untuk menuju kesana, kami menaiki angkutan umum dari Tandes menuju Jalan Yos Sudarsono. Lalu kami kembali jalan kaki ke toko buku itu. Kami tak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mencari ilmu dengan membeli beberapa buku keperluan kampus.
Selesai membeli buku, kami kembali menyusuri jalan ke utara menuju Tunjungan Plasa untuk cuci mata (maklum tadi pagi nggak dicuci, hehehe . . .) hingga pukul satu siang, selanjutnya kami keluar dari Tunjungan Plasa dan berdiri didepan mall itu untuk menunggu bis kota tiba. Nah, yang kali ini aku dan sahabatku harus balik ke habitat kami masing-masing, di kota Sampang Madura. Dengan menaiki bus kota itu kami pun menuju pelabuhan Tanjung Perak.
Puas rasanya menyisiri Surabaya dalam perjalananku kali ini. Didalam bus kota aku sempat bergumam dalam hati,
“Sungguh seru pengalaman ini. Selanjutya, d’chins akan berpacking kemana ya? Jombang, Yogyakarta atau ke Bandung? Agh…biar waktu yang akan menjawabnya. tunggu aja tanggal mainnya! Pikirku lalu tersenyum puas.
***