Sabtu, 04 Maret 2017

Pengalaman Mengikuti UKBI di Sampang

Hello guys, apa kabar? Semoga kalian pada sehat semua ya, amin. Oke, kali ini aku bakal sharing mengenai pengalamanku tempo hari mengikuti Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia. Atau, yang sering dikenal dengan istilah UKBI. Nah loh, sudah tahu nggak nih tentang UKBI? Pasti masih ada yang belum paham kan? Hehehe...

Sebelumnya aku mau cerita sedikit gimana sih awalnya kok aku bisa nyemplung (Nyemplung? Emangnya apaan pakai nyemplung segala, As? Hehehe :P) ikutan UKBI ini. Kupikir, kesempatan ini adalah salah satu skenario Tuhan yang ditujukan untukku. Sebab, mendengar informasinya saja berawal dari ketidaksengajaan. Awalnya aku datang ke sebuah acara pengajian dan bertemu seorang teman lama. Di tengah obrolan, dia pun bertanya perihal informasi yang secara tidak sengaja dia lihat di laman grup facebook beberapa hari lalu. Aku kaget sekaligus penasaran dengan pertanyaan teman lamaku itu, sehingga, sepulang dari acara pengajian, aku langsung mencari informasi yang dimaksud temanku itu.

Benar, namaku tertera di salah satu deret nama beberapa guru se-kabupaten Sampang mengikuti UKBI pada hari Rabu, 22 Pebruari 2017. Deretan nama itu tertera atas dasar peserta yang telah lolos UKG (Ujian Kompetensi Guru) yang pernah aku ikuti akhir 2015 lalu. Jadi, sudah terbayang kan bagaimana perasaanku saat itu. Aku merasa bahagia karena pertama, aku lulus UKG dan yang kedua, bisa kembali mengikuti kegiatan di luar sekolah dan berkumpul bersama orang-orang baru, tentu saja. Terlebih, deretan nama yang tertera di layar ponsel itu lebih banyak guru PNS daripada guru honorer sepertiku.

Akhirnya setelah kurang lebih tiga hari menunggu, waktu ujian pun tiba juga. Tepat pukul 07.15 WIB kutarik gas motor menuju Jalan Rajawali tempat lokasi acara berlangsung. Rupanya pagi itu beberapa guru sudah ada yang datang dan menunggu di depan tangga menuju aula. Aku bertemu dengan beberapa teman sesama guru Bahasa Indonesia yang sudah lama tidak bertemu. Setelah berbincang beberapa saat, kami pun masuk ke aula lantai dua, setelah registrasi kehadiran, tentu saja.

Aku kebagian nomor meja 00015, duduk bersama ibu guru senior PNS yang mengajar di sebuah sekolah Negeri jenjang SMP. Tak lama kemudian Pak Kepala Dinas Pendidikan Sampang, Ketua Korpri sekaligus sekretaris daerah, dan Ketua Balai Bahasa Jawa Timur (Drs. Amir Mahmud, M.M.Pd) datang untuk membuka acara. Seluruh peserta ujian yang berjumlah kurang lebih seratus orang itu pun menyimak dengan penuh antusias.

Menurut Ketua Balai Bahasa Jawa Timur, Pak Amir Mahmud, dalam pidato pembukaannya, warga Indonesia sudah mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, namun kurang mahir. Maksudnya, kurang mahir di sini jika dikaitkan dengan ejaan atau kaidah yang berlaku. Kita, warga Indonesia kebanyakan lebih suka menggunakan bahasa sehari-hari yang lebih simpel, sehingga terkadang lupa tentang tata kaidah yang sudah ditetapkan. Bahkan yang lebih parah, tak sedikit generasi muda yang malah lebih bangga menggunakan bahasa asing daripada bahasa tempat tinggalnya sendiri. Kalau hal ini terus-menerus dibiarkan, maka kemungkinan besar bahasa Indonesia akan semakin punah dan tergerus oleh zaman sehingga ujung-ujungnya hilang. Sebagai seorang pendidik, para guru juga harus ikut andil dalam melestarikan bahasa Indonesia terlebih jika berkomunikasi dengan generasi muda yang notabene adalah peserta didik mereka.

Selanjutnya, lagi-lagi menurut beliau, jika warga Indonesia ingin menempuh pendidikan di negara asing, atau untuk bekerja ke luar negeri, maka mereka terlebih dahulu harus mengikuti tes Bahasa Inggris yang sering dikenal dengan Toefl. Jadi, sebagai bentuk perhatian kita, apakah Indonesia tidak bisa membuat ujian serupa jika seandainya ada warga asing ingin bekerja di Indonesia? Seperti itulah kira-kira dasar tujuan diadakannya UKBI ini. Alhamdulillah, kata Pak Amir, UKBI sudah diikuti kurang lebih 23 negara terutama bagi mereka yang ingin bekerja maupun studi di Indonesia. Keren banget kan?

Panitia juga penjelaskan bahwa UKBI ini ada lima seksi ujian. Yaitu seksi I: ujian Mendengarkan, seksi II: Merespon Kaidah, sedangkan seksi ke III: Membaca, kemudian ke IV: Menulis, dan ke V: Berbicara. Dengan perasaan gugup, aku mengikuti ujian pertama yaitu Mendengarkan. Tentu saja dengan jumlah pertanyaan sebanyak 40 butir soal.

Jika kamu bertanya bagaimana perasaanku melewati ujian ini, dengan tegas aku katakan bahwa kepalaku langsung pusing begitu  sampai di soal nomor 6 ke atas. Ternyata eh ternyata, ujian ini perlu konsentrasi penuh sehingga aku tidak bisa melewatinya. Dengan kata lain, aku langsung down untuk melanjutkan hingga seksi Mendengarkan ini selesai.

Panitia memutar sebuah monolog atau dialog dengan satu kali putaran. Sementara monolog dan dialog itu berlangsung, peserta UKBI harus fokus menjawab beberapa pertanyaan yang tersedia. Di sinilah letak kesulitanku. Sepertinya antara soal yang tertera di hadapanku dengan monolog atau dialog yang diputar panitia telah membuat konsentrasiku terpecah belah. Buyar. Terlebih adanya beberapa soal yang urutannya tidak sama dengan urutan percakapan yang diperdengarkan.

Seksi ke II adalah merespon kaidah dalam berbahasa Indonesia. Seksi ini berisi kurang lebih 25 butir soal. Dalam seksi ini kami diharuskan memperbaiki beberapa percakapan yang dianggap salah atau kurang benar. Pada bagian inilah otakku kembali bisa beristirahat setelah kebingungan dengan seksi pertama. Pelan-pelan aku bisa menjawab beberapa soal itu dengan cukup santai. Karena menurutku soal-soalnya cukup mudah jika dibandingkan dengan soal di seksi pertama tadi.

Sementara di seksi III, aktifitas otakku kembali diuji dengan deretan teks berbagai tema untuk menjawab soal-soal yang berjumlah 40 butir itu. Tentu saja dengan durasi waktu yang cukup cepat, menurutku. Namun, insyaallah aku bisa melewatinya dengan baik.

Terakhir seksi IV dan V yaitu Menulis dan Berbicara. Untuk menulis para peserta diberi beberapa gambar untuk diubah ke bentuk tulisan sesuai dengan imajinasi masing-masing peserta ujian. Mungkin ini tak ubahnya dengan tugas mengarang, sehingga kemungkinan beberapa guru sedikit lebih santai menjawabnya. Untuk seksi Berbicara jelas tidak jauh berbeda dengan keseharian peserta dalam mengobrol dengan seseorang. Bisa jadi inilah seksi yang cukup mudah dari semua seksi yang diujikan. Tapi lepas dari semuanya, tetap saja aku merasa kurang puas mengikuti UKBI kali ini. Terutama untuk seksi mendengarkan. Bahkan sempat terbersit dalam benakku bahwa aku ingin mengulanginya sekali lagi supaya bisa mendapatkan nilai yang lebih memuaskan.
Berikut kurang lebih tabel acaranya:
Copas dari web UKBI



Oh iya, peserta yang sudah mengikuti UKBI ini akan mendapat sertifikat yang berisi nama, peringkat beserta skor yang diperoleh dari hasil ujian yang telah dijalani. Ada beberapa peringkat, yaitu: istimewa (725-800), sangat unggul (641-724), unggul (578-640), madya (482-577), semenjana (405-481), marginal (326-404) dan terbatas (251-325).
Mungkin itu saja pengalaman yang bisa kuceritakan. Sampai tulisan ini kuposting, aku masih menunggu sertifikat hasil ujianku keluar. Semoga tidak mengecewakan. Akhirulkalam, semoga bermanfaat buat sahabat sekalian.

Pulau Garam, Madura.
Menjelang malam.
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar