Senin, 18 Oktober 2010

Malam Akhir Desember

Oleh : Aswary Agansya



Detik-detik terakhir malam Desember
Termenung sendiri
Menyapa angin
Menyapa bintang
Menyapa bulan
Dan menyapa malam

Tengah sunyi mencekam
Kuberkaca di masa silam
Macam roda hidup berputar
Berjalan, merangkak hinggak tak ada bekas
Tak ada yang tahu

Hati berdentum dan bergetar
Hembusan rasa penuhi kalbu
Sesal, ragu dan maju
Harapan baru berbisik sendu
Membentang luas menunggu langkahku



Kampusku, Desember 2009

Minggu, 03 Oktober 2010

MANDANGIN BUAH NAGA

Oleh : Aswary Agansya


Kegiatan jalan-jalan merupakan aktivitas yang paling menyenangkan buat saya, apalagi tempat yang dikunjungi menyuguhkan sesuatu yang berbeda dari tempat lainnya. Hal tersebut membantu saya untuk merefreskan aktivitas otak dari kepenatan yang melanda. Selain itu dengan melakukan kegiatan jalan-jalan bisa memberikan pengalaman-pengalaman yang baru dan unik bagi perjalanan hidup saya. Saya bisa mengenal hal-hal yang belum pernah saya lihat disuatu tempat yang akan saya kunjungi tersebut, bahkan selain mengunjungi destinasi wisata, saya juga dapat menemukan teman-teman baru yang berbeda akan adat kebiasaan tentunya.
Pulau Madura, ya siapa sih yang tak kenal dengan pulau kebudayaan karapan sapi, penghasil garam dan tembakau terbesar itu? Di pulau yang sering disebut pulau garam itu ternyata banyak menyimpan objek wisata yang tak kalah eksotisnya dengan pulau-pulau lain di Indonesia ini, bahkan masih bisa dibilang masih alami. Nah, dalam kesempatan ini saya ingin membagi catatan pengalaman ketika saya berkeliling pulau Madura.
Oh iya, sebelumnya, perkenalkan, nama saya Aswary. Bisa juga dipanggil Arie, dan saya tinggal di Kota Sampang Pulau Madura. Ehm….Seperti yang saya ketahui, ternyata disetiap Kabupaten di pulau Madura, sama-sama memiliki adat kebiasaan serta keindahan alam yang berbeda, seperti wisata Batu Menangis di Kabupaten Bangkalan, keeksotikan pulau Mandangin, Pantai Camplong, Waduk Klampis di Kabupaten Sampang bahkan jika di Bali memiliki hutan Pala Sangeh, maka di Kabupaten Sampang pun mempunyai hutan yang dipenuhi dengan kera-kera itu dengan nama Hutan Nepa. Selain kota Sampang, kabupaten Pamekasan pun tak mau kalah, wisata Api tak Kunjung Padam, keindahan pantai Jumiang pun juga patut diacungi jempol. Serta Kabupaten paling ujung, Kabupaten Sumenep juga mempunyai wisata alam yang tak kalah indah, seperti pantai Lombang, pantai Slopeng dan Keraton pangeran Jokotole.
Pada bulan Agustus 2008 saya mengikuti rombongan salah satu SMA berwisata keliling Madura. Diantara tempat-tempat wisata tersebut, saya lebih terkesan ketika mengunjungi pulau Mandangin, pulau kecil di selatan kota Sampang dan ketika menghabiskan senja pantai Lombang sambil menikmati buah naga dikabupaten Sumenep. Menurut saya kedua tempat itu memberikan kejutan-kejutan tersendiri bagi diri saya tentunya.
Seperti saat menuju pulau Mandangin, untuk sampai di pulau itu saja, saya harus menahan kegetiran dan ketakutan dalam menyeberangi lautan lepas dengan menggunakan perahu boat yang masih dibilang tradisional. Para rombongan siswa pun harus stand by di pelabuhan Tanglok tepat pada pukul enam pagi. Hal itu untuk mengantisipasi supaya tidak ketinggalan perahu. Maklum, tidak banyak masyarakat yang antusias mengunjungi pulau itu. Alasannya seperti yang saya katakana sebelumnya. Mereka takut kalau-kalau perahunya tenggelam ditengah laut. Padahal pulau itu tak kalah menariknya dengan pulau-pulau kecil lainnya di Indonesia.
Tepat pukul enam pagi, saya dan ketujuh teman saya menaiki salah satu perahu dipelabuhan itu, tiap perahu mampu menampung kurang lebih 10 sampai 12 orang. Saya memilih perahu yang layarnya telah terpasang, saya pikir, dengan adanya layar tersebut, perahu yang saya tumpangi akan berjalan dengan baik-baik saja.
Sekitar pukul 6.15 wib, semua perahu yang berbaris rapi pun mulai bising akibat suara mesin yang begitu kerasnya. Lama-lama satu persatu perahu itu mulai bergerak menjauhi pelabuhan Tanglok. Pagi itu ada lima perahu yang akan menuju pulau Mandangin.
Bagi yang pertama kali mengunjungi pulau Mandangin ini, mungkin akan merasa mual akibat mabuk laut karena untuk sampai dipulau tersebut membutuhkan waktu satu jam. Ditambah, waktu itu air sedang pasang, jadi perasaan mual dan pusing juga menghinggapi diri saya. Selama perjalanan, saya memilih diam dengan pandangan mata tertuju lautan lepas.
Setelah sampai ditepi pulau Mandangin, para perahu pun mulai menepi, memang benar informasi yang pernah saya dapat, pulau Mandangin itu benar-benar indah. Keksotisan juga terasa disana. Rasa mual yang saya alami, berangsur-angsur sirna tatkala kedua mata ini menangkap keindahan suasana pulau itu.
Para rombongan pun menyusuri gang perumahan warga menuju sebelah selatan Mandangin. Tak begitu jauh dan tak membutuhkan waktu lama untuk menuju bagian selatan yang pantainya masih perawan itu. Ternyata benar, sesampainya disana, semua kecemasan yang saya rasakan selama ditengah perjalanan telah terbayar dengan keeksotikan panorama pantai dipulau itu.
Para warga penghuni pulau Mandangin lebih banyak bekerja sebagai nelayan. Tak heran ketika para rombongan pemuda-pemudi sesampainya dipantai sebelah selatan tersebut langsung disuguhi pemandangan perahu-perahu para nelayan yang sedang berjajar rapi. Ada pula beberapa bapak tua yang sedang membersihkan jaring-jaringnya dari kotoran.
Hari memang masih pagi, sekitar pukul 7.30 wib, saya dan ketiga teman saya mendekati seorang bapak tua yang mengaku bernama Syafi’i. Bapak tua yang warna kulitnya hitam akibat sengatan sinar matahari itu, menyambut kami dengan senyum sumringah dan ramah, bahkan pak Syafi’i tak segan-segan menyodorkan beberapa ikan hasil tangkapannya kepada kami untuk dibakar.
Saya sedikit terkejut sekaligus senang dengan keramahan pak Syafi’i. Kami mulai membakar beberapa ikan tesebut. Dengan penuh semangat, saya menikmati kelezatan ikan bakar sambil memandangi keindahan panorama pulau Mandangin itu. Yang menarik lagi, semua ikan bakar yang disodorkan kepada kami, semata-mata diberikan secara cuma-cuma oleh pak Syafi’I, alias gratis. Kami berterima kasih banyak pada pak SAyafi’i.
Puas menikmati ikan bakar dan keeksotikan pulau Mandangin, sekitar pukul 10.00 wib kami para rombongan harus segera berkumpul ditempat semula ketika kami tiba. Hal itu dimaksudkan karena masih banyak lagi tempat-tempat yang harus kami kunjungi di Madura ini. Saya pun akhirnya bertolak dari pulau kecil nan eksotis, Mandangin itu.
Usai mengunjungi pulau Mandangin, saya dan rombongan kembali ke Kota Sampang dan melanjutkan perjalanan kearah timur menuju Kota lainnya di Pulau Madura. Sejenak kami mampir di wisata pantai Camplong untuk makan siang , menu makan siang waktu itu adalah sepiring rujak cingur. ehm . . . nyami . . . ! selanjutnya, seusai makan siang kami melanjutkan perjalanan menuju Desa Dhengka di kota Pamekasan untuk melihat api alam. Tempat wisata yang disebut Api tak Kunjung Padam itu menyuguhkan hal yang berbeda, sekali mencongkel tanah yang dipagari besi itu, apipun keluar dari lubang congkelan. Para wisata bisa menggunakannya untuk mebakar jagung. Benar-benar menunjukkan kebesaran Kuasa Ilahi.
Tak begitu lama saya dan rombongan berada disana, perjalanan dilanjutkan menuju kota Sumenep. Nah, dalam perjalanan ke Sumenep ini merupakan pengalaman yang tak kalah mengesankan bagi saya. Sore itu rombongan kami memasuki kota Sumenep. Menyusuri desa Lombang dan berhenti didaerah Batang-Batang. Saya pun turun dari bus dan jalan kaki menuju pantai Lombang. Selama dalam perjalanan menuju pantai, saya disuguhi pemandangan yang indah sekali, dikanan dan dikiri saya, berbarislah pohon cemara udang. Semua pohon itu seakan-akan sedang menyambut kedatangan kami. Sejuk dan teduh yang terasa ketika melewati jalan tersebut.
Begitu juga sesampainya dilokasai pantai Lombang. Suasananya benar-benar tenang dan nyaman karena disepanjang pantai tersebut dikelilingi pohon cemara udang yang masih alami. Pohon-pohon cemara udang itu sangatlah terkenal didunia karena pohon yang nama ilmiahnya Casuarinas Equisetifolia tersebut konon hanya bisa tumbuh di Indonesia dan Cina saja. Sangat unik bukan?
Ketika sampai dipantai Lombang, waktu menunjukkan pukul 16.00 wib. Dipantai ini saya tidak bisa melihat keindahan sunset, namun dipantai Lombang kita hanya dapat menikmati panorama sunrise, dimana keindahan panorama terbitnya sang matahari pagi. Jadi, sore itu saya hanya duduk diatas pasir putih yang disertai semilir angin pantai yang sejuk. Pantai Lombang sangatlah cocok bagi seseorang yang ingin bersembunyi dari hiruk pikuk keramaian kota serta menghilangkan kepenatan.
Saya sempat berpikir, mengapa pantai yang menyimpan keindahan ini tampak sepi? Mengapa jarang sekali ada wisatawan yang mengunjungi pantai Lombang ini? padahal sang pedangdut Imam S. Arifin saja terinspirasi akan pantai ini dalam lagunya yang berjudul sapu tangan merah. Jadi mengapa masih sepi?
Ditengah duduk santai menikmati pemandangan, saya sedikit penasaran dengan segerobolan teman-teman rombongan diujung sana. Saya menghampiri mereka, ternyata mereka sedang memilih buah naga. Aha…!! buah yang diluar tampak berwarna merah jambu itu mampu menarik selera saya. Saya pun penasaran ingin merasakan buah yang kaya akan khasiatnya itu. Setelah prosesi tawar menawar, akhirnya saya mendapatkan dua buah naga yang berukuran sedang dengan harga 40 ribu rupiah. Saya kembali duduk diatas pasir putih sambil menikmati segarnya buah naga itu.
Ini kali pertama saya memakan buah yang isinya warna putih bercampur titik-titik kecil hitam itu. Meskipun lama tinggal dipulau Madura, saya belum pernah merasakan kesegaran buah itu. Maklum buah naga hanya banyak ditanam di Kabupaten Sumenep. Wow,, setelah gigitan pertama, rasa manis buah naga itu menyegarkan tenggorokan saya. Hanya satu buah saja yang saya makan, satu buah yang lain saya masukkan dalam tas untuk makan dirumah jika sudah pulang nanti.
Hari mulai gelap, pemandu wisata kami sudah mengisyaratkan untuk segera berkumpul dan masuk bus. Berkali-kali saya memandangi alam sekitar pantai Lombang, berharap merekam suasana waktu itu dalam memori otak saya. Saya akui pantai Lombang merupakan salah satu pantai terindah yang dimiliki pulau Madura. Saking kagumnya, saya tidak mampu berkata-kata lagi. Langsung saya masuk kedalam bus.
“Hari ini benar-benar hari yang indah dan menyenangkan !!” gumam saya dalam hati.
Rasa letih memang mulai menghinggapi tubuh saya, sepertinya saya harus segera istirahat karena esok hari harus melanjutkan perjalanan menyusuri celah-celah pulau Madura yang lain. Tampaknya perjalanan hari ini membuat saya capek berat. Tapi, saya tak pernah menyesal mengikuti rombongan ini. Meski tubuh terasa lelah, saya merasa puas dengan momen ceria berkeiling pulau garam, melewatkan hiburan yang begitu mengesankan bersama sahabat-sahabat tercinta. Jika kamu ingin merasakan apa yang saya rasakan. Let’s go to Madura island beiby !!
****