Tulisan
ini adalah lanjutan dari postingan sebelumnya. Kalau ingin membaca klik di sini supaya bisa nyambung. Hehehe...
Hari kedua.
Minggu,
April 2019.
Acara
lomba baca puisi digelar. Kami peserta dari sekolah MA Nurudz Dholam berangkat
sekitar pukul 06.00 wib menuju kota Pamekasan, Madura. Latihan selama seminggu
kami jadikan harapan untuk meraih kemenangan. Mungkin memang itulah yang ada
dalam benak kami sepanjang perjalanan, yaitu menang dan menang.
Hari
itu, aku kembali bertemu dengan orang-orang lama di kampus. Mulai dari dosen,
penjual makanan di kantin atau toko depan kampus, serta teman-teman yang juga
mengantarkan peserta didiknya mengikuti lomba puisi yang diadakan pada hari
itu. Satu hal yang paling spesial pagi itu, aku bertemu dengan dosen Satra
sekaligus pembimbing skripsiku dulu, yaitu Bapak Tauhed Supratman. Kami pun
mengobrol banyak hal, salah satunya tentang pendidikan. Pak Tauhed sempat
bercerita tentang perkembangan proses menulis beliau sebagai sastrawan. Jujur,
aku merasa malu melihat semangat beliau dalam menulis. Walau usia beliau sudah
tidak muda lagi, semangat berkarya sama sekali tidak padam dalam benak beliau.
Pak Tauhed adalah salah satu Inspirasiku di kampus untuk mendalami dunia
literasi.
Momen
mendebarkan bagi kami adalah saat menunggu giliran tampil sesuai urutan yang
telah kami terima. Terlebih jika melihat peserta nomer muda yang penampilannya
bagus-bagus dan memukau para penonton yang ada di ruangan itu. Namun aku
berusaha menenangkan hati peserta didik supaya tetap tenang dan percaya diri,
bahwa setiap peserta memiliki kesempatan yang sama untuk meraih kemenangan.
Hingga
pukul 12.00 wib peserta MA Nurudz Dholam belum juga tampil. Panitia memberikan
waktu satu jam untuk istirahat sejenak. Kami menggunakan waktu sesingkat itu
untuk berdiskusi, berhubung jam 13.00 wib nanti, nomor peserta kami kebagian
tampil pertama kali (pasca waktu ishoma).
...
dan aku bangga melihat ke-empat peserta MA Nurudz Dholam saat menampilkan puisi
karya D. Zawawi Imron itu!
***
Pengumuman
lomba akan dilaksanakan satu jam pasca penampilan semua peserta lomba. Untuk
mengisi kekosongan waktu setelah tampil, kami beralih dari kampus Universitas
Madura menuju kawasan kota Pamekasan. Tentu saja untuk menenangkan pikiran
serta mengisi perut di salah satu tempat makan. Menu pedas jadi pilihan utama
saat itu, :D aku lupa menu apa saja yang dibeli, namun aku lebih memilih mie
ayam + baso pedas siang itu. :D kebetulan kami semua menyukai aneka makanan
pedas, jadi tidak perlu heran dengan makanan yang kami makan siang itu.
Setelah makan
siang, kami menuju masjid jami’ kota Pamekasan sekaligus bersih-bersih badan
dan menunggu sholat Ashar tiba. Lelah mulai terasa, namun dapat dinetralisir
oleh guyuran air segar saat mandi di masjid. Setidaknya untuk menambah semangat
menunggu pengumuman pemenang lomba nanti sore.
Waktu
menunjukkan pukul 15.30 wib ketika kami selesai berbenah dan hendak kembali ke
Universitas Madura. Cukup 15 menit saja waktu yang dibutuhkan dalam perjalanan
dari Masjid Jami’ menuju kawasan kampus Universitas Madura. Rupanya setibanya
di lokasi, perlombaan masih tersisa sekitar sepuluh orang saja, dan setelah itu
membutuhkan waktu sekitar satu jam untuk para juri berunding menentukan
pemenang. Singkat cerita, waktu tunggu yang cukup lama itu sukses mengutak-atik
jantung kami semua. Beruntung aku bertemu dengan teman lama, sehingga kualihkan
masa tunggu itu sambil mengobrol banyak hal yang secara tidak langsung
mengurangi rasa deg-degan di dadaku.
Waktu
yang ditunggu-tunggu pun tiba.
Dan
peserta kami tak ada satupun yang masuk menjadi juara.
Kecewa?
Tentu saja. Tapi sebagai pendidik, saya harus bisa lebih tabah dari peserta
didik yang secara raut muka jelas merasakan kecewa. Dengan penuh kesabaran kami
coba memberikan pemahaman kepada mereka bahwa setiap perlombaan pasti ada yang
kalah dan menang. Mungkin MA Nurudz Dholam
belum beruntung dalam perlombaan kali ini. Kalau terus semangat dan tanpa patah
arang, bukan tidak mungkin suatu saat akan kembali meraih juara seperti ketika
mengikuti lomba sebelum-sebelumnya.
Begitulah
sepenggal kisah kami selama mengikuti lomba baca puisi Piala D. Zawawi Imron.
Semoga menginspirasi....
***foto-foto kami...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar