Kamis, 20 Juli 2017

Eksplore Kota Kediaman, Sampang...




Siluet Monumen Kota Sampang (koleksi pribadi)
Setiap sesuatu hal pasti memiliki sejarah, tanpa terkecuali sebuah tempat. Hal itulah yang menarik perhatianku tatkala secara tak sengaja berkunjung ke sebuah rumah teman di Jalan Kenanga, kota Sampang, Jumat sore yang lalu. Di tengah kunjungan itu, kunjungan yang benar-benar secara tak sengaja, pandanganku menemukan sebuah pemandangan unik tepat di depan rumah temanku. Yaitu gang kecil bernuansakan vintage, sejuk, dan menurutku berbeda dari biasanya. Entah mengapa aku merasa seperti sedang berada di sebuah perkampungan tempo dulu di masa penjajahan kolonial Belanda. (Hehehe, lebay nggak sih... :p) Nah, sejak itulah terbersit di benakku bahwa selepas kunjungan ke rumah temanku, aku ingin menyusuri sudut gang tersebut. Syukur-syukur kalau bisa dijadikan bahan tulisan di postingan blog, begitu pikirku. Dan, rupanya postingan inilah yang kusebut spesial, karena teryata tangan Tuhan membimbingku membuka mata untuk melihat sudut kota kediamanku dengan sudut pandang yang berbeda. Kusebut peristiwa sore itu sebagai Eksplore Kota Kediaman, Sampang.


  Benar saja! Ketika aku selesai dengan urusanku, buru-buru kutancap gas motor menyusuri lorong demi lorong gang Jalan Kenanga hingga ke ujungnya. Aku baru sadar bahwa ternyata jalan setapak yang kulalui tak seperti yang kupikirkan. Aku sudah lama tinggal di kota kecil Sampang, namun baru kali ini menyusuri gang di kawasan ini seorang diri. Ya, maksudnya dulu ketika masih kecil, aku pernah lari pagi bersama teman-teman melewati kawasan itu tanpa memperhatikan kanan-kiri. Maklum, mungkin karena masih anak-anak, yang dihiraukan cuma bercanda sembari berjalan. Kini, setelah beberapa tahun berselang, rupanya bangunan tua di kawasan ini sudah mulai hilang keasliannya karena sudah banyak yang direnovasi menjadi rumah modern meski masih juga ada beberapa bangunan yang masih menjaga keaslian bangunannya. Berikut beberapa bangunan yang terekam di mata kamera ponselku sore itu.






1. Kampung Tempo Dulu

Begitu menyusuri lorong Jalan Kenanga, rupanya motorku tembus ke arah Jalan Cempaka dan berujung di depan Jalan Pahlawan. Kutelisik lebih jauh, ternyata sepanjang Jalan Melati, Mawar, Kenanga, Cempaka, sampai Jalan Pahlawan adalah kawasan kota tua Sampang. Di sini (Jalan Kenanga dan Jalan Cempaka) beberapa rumah bergaya tempo dulu masih cukup banyak dan berjajar rapi. Ya, meski dari luar terlihat perawatannya kurang maksimal, namun di dalamnya masih tetap digunakan oleh pemiliknya. Sebut saja seperti rumah yang berada di Utara Masjid Agung Sampang ini. Lorong dan suasana masih terasa sepi meski beberapa sepeda terparkir asal di bibir pembatas rumah yang terlihat tak terpakai ini. Berbanding terbalik dengan suasana rumah yang kuabadikan selanjutnya. Walau yang bisa kupotret hanya sebatas jendela sampingnya saja, namun tak mengurangi pemikiran kita bahwa pemiliknya memang memperhatikan betul-betul tentang kondisi rumah mereka. Entah mengapa aku merasa sejuk melihat tatanan rumah yang masih menjaga keaslian bangunan serta perawatan dinding-dindingnya.
Utara Masjid Agung Sampang
Jalan Pahlawan
Jalan Panglima Sudirman

2. Kantor Pemerintahan
 
Selanjutnya motorku melaju ke arah Monumen kota yang jaraknya hanya sekitar dua ratus meter saja. Di sini, aku juga menemukan sebuah bangunan lama yang masih di gunakan. Yaitu, sebagai Kantor Pos. Perihal tempat ini, aku merasa nggak asing karena sudah sering berkunjung sejak masih remaja, untuk sekedar mengirim surat ke kakak yang tinggal di luar kota atau menerima kiriman wesel dari keluarga lainnya. Kantor pos ini terdiri dari dua bangunan bergaya khas Belanda. Bangunan pertama, berukuran besar memanjang dari barat ke timur namun menghadap ke Utara. Fungsinya sebagai Kantor sekaligus penempatan barang-barang yang akan dikirim ke luar kota. Dalam ruangan ini suasananya cukup asri karena ada beberapa tanaman hias dan dinding-dindingnya masih terawat rapi. Sementara bangunan kedua, juga menghadap ke Utara namun berukuran seperti rumah biasa. Sepertinya digunakan sebagai rumah dinas. Tapi, aku sendiri nggak begitu tahu apakah masih dihuni sampai saat ini atau hanya dibiarkan saja tanpa ditempati. Namun jika dilihat kondisi dari luar, masih cukup terawat walau sudah ada beberapa kerusakan di beberapa bagian dindingnya.
Kantor Pos Gedung Utama
Gedung Kedua


Beranjak dari kawasan Kantor Pos, tepatnya sebelah selatan bangunan itu, ada lagi sebuah Bangunan kuno yang sayang untuk dilewati. Yup, bangunan tersebut tak lain dan tak bukan adalah Kantor Pegadaian. Ah, ini yang menurutku paling seru dan harus dijaga keaslian bangunannya. Sebab, seperti yang kalian lihat, unsur zaman kolonial Belandanya masih terasa sekali. Dulu, sewaktu aku masih sekolah dasar, sepertinya aku pernah ikut orang tua ke tempat ini, tapi itu cuma satu kali. Entah sejak tahun berapa bangunan ini tidak digunakan lagi. Sehingga kondisinya terlihat seperti gambar di bawah ini. Saat ini Kantor Pegadaian pindah ke bangunan baru yang masih satu area dengan bangunan lama namun menghadap ke arah barat. Kupikir sayang sekali jika cagar budaya yang indah itu dibiarkan begitu saja. Cukup disayangkan jika nggak dirawat serta dilestarikan.
Bekas Kantor Pegadaian

Ketiga, sebuah bangunan yang mirip ruko, namun sepertinya zaman dulu bukanlah sebuah ruko. Bangunan ini terlihat jelas bahwa memiliki beranda di bagian atas. Menurut informasi, tempat ini dulu adalah gereja, namun entah sejak tahun berapa sudah nggak digunakan lagi. Bentuk bangunan bagian atas terlihat jelas bahwa desain Eropa mendominasi yang dapat sentuhan kayu di bagian jendela seperti beberapa rumah khas Belanda lainnya di masa itu. Oh iya, bangunan ini terletak di kawasan Jalan Panglima Sudirman, tepatnya sebelah barat Jalan Melati.
Bangunan kuno yang masih tersisa di Jalan Panglima Sudirman


3. Stasiun Kereta
 
Satu hal lagi yang menurutku paling disayangkan atas terbengkalainya bangunan-bangunan bersejarah di Sampang, yaitu potret kejayaan Madura yang terekam dalam sisa-sisa bangunan stasiun kereta api yang berada di Jalan Teuku Umar. Terakhir, perjalananku sore itu berujung di kawasan Jalan Teuku Umar. Melihat bangunan sisa stasiun kereta api ini membuatku trenyuh. Bagaimana nggak trenyuh, jika kondisi cagar budaya yang bernilai tinggi nyaris hilang hanya karena kepentingan beberapa warga yang tinggal di kawasan itu. Aku nggak menyalahkan siapa-siapa, hanya merasa trenyuh saja melihatnya.

Sisa Bangunan Stasiun Kereta, Sampang.
Sisa bangunan stasiun Kereta, Sampang.

Menurut sejarah, dulu, Pulau Madura salah satu pulau atau daerah maju. Sejak tahun 1800an Pemerintah Kolonial Belanda sudah membangun transportasi kereta api yang mampu menghubungkan empat kabupaten dari ujung barat Bangkalan sampai ke ujung timur Sumenep. Namun sejak tahun 1987 pemerintah resmi menutup jalur transportasi ini hingga sekarang. Ah, sebagai generasi muda, aku hanya bisa melihat sisa-sisa kejayaan itu saja. Yang membuatku sedikit miris, sisa kejayaan itu sungguh tak dirawat dengan baik. Kalau terus-menerus dibiarkan seperti ini, bukan nggak mungkin jika semua bangunan sejarah itu akan terus rusak ditelan jaman. Dan akhirnya generasi muda masa depan nggak bisa menikmati atau memahami kejayaan tempat tinggal mereka sendiri.

Terima kasih. Mungkin itu saja catatan Eksplore Sampang kali ini. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Kamar Inspirasi,
Menjelang Pagi, 21 Juli 2017.
Tanah Garam.
***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar