
Ya! Seratus hari yang lalu air mataku mengaliri pipi dan kemejaku. Aku tak akan pernah melupakan hari yang menyedihkan itu, hari kematian sahabat terbaikku, Agung Wisnu Saputra. Sebuah nama yang sempat terselip di nama penaku (AGANSYA - AGung, liAN, alfianSYA). Sejujurnya aku masih tak percaya bahwa pemuda itu telah pergi. Hal tersebut dikarenakan aku belum sempat melihat wajah terakhirnya, terutama pusara tempat ia bersemayam untuk selamanya. Aku benar-benar belum sempat melihat batu nisan itu dengan mata kepalaku sendiri, sama sekali belum pernah!

Aku tak menyangkal bahwa setiap rencana Tuhan pasti terselip hikmah yang dapat kupelajari. Namun, hingga kini kepergian seorang Agung menyisakan sejumput pertanyaan yang terus menghiasi pikiranku, secepat itukah Allah memanggil Agung? Disaat semua yang kurencanakan belum bisa kutunaikan?
Mungkin aku harus terima tentang perjalanan hidup ini. Seratus hari yang lalu aku merindukan sahabatku, dan sampai detik ini pun rasa itu masih menghiasi relung hatiku. Puluhan gambar Agunglah tempatku mengenang sahabat terbaikku. Untaian do'a-lah penghubungku dengan pemuda itu. Banyak orang menganggap kepergian Agung dengan cara tragis. Tapi aku yakin Agung telah tenang di alam sana. Aku harus pasrah akan kepergiannya dari hidupku, dari hidup kami semua. Semoga kau tenang di alam sana wahai saudaraku! Amin.
Sampang, 31 Maret 2012
Menjelang Pagi
***


foto agung yang mana, smoga tenangdi sisinya. amin
BalasHapus