Kamis, 05 April 2012

Peristiwa 100 Hari Yang Lalu



Seratus hari yang lalu, jika aku mengingat peristiwa di hari itu, pasti akan menjadikan hatiku kembali sembilu. Mimpi, harapan dan gairah meniti kehidupan seakan terhenti sejak seratus hari yang lalu. Tak ada canda dan tawa yang menemaniku. Tak ada lagi tempat kuberbagi cerita bahagia, dan tak akan ada lagi keunikan yang selama ini selalu kulihat setiap waktu. Semua itu terhenti sejak seratus hari yang lalu.

Ya! Seratus hari yang lalu air mataku mengaliri pipi dan kemejaku. Aku tak akan pernah melupakan hari yang menyedihkan itu, hari kematian sahabat terbaikku, Agung Wisnu Saputra. Sebuah nama yang sempat terselip di nama penaku (AGANSYA - AGung, liAN, alfianSYA). Sejujurnya aku masih tak percaya bahwa pemuda itu telah pergi. Hal tersebut dikarenakan aku belum sempat melihat wajah terakhirnya, terutama pusara tempat ia bersemayam untuk selamanya. Aku benar-benar belum sempat melihat batu nisan itu dengan mata kepalaku sendiri, sama sekali belum pernah!

Memang benar kata sebuah pepatah, sebaik-baik manusia berencana masih ada Allah yang akan menentukan segalanya. Andai saja Agung masih hidup, aku akan menunjukkan novel yang kutulis beberapa tahun lalu, novel yang terinspirasi akan dirinya, akan keunikannya, dan akan kesabarannya menghadapi susahnya kehidupan. Kuingin memberikan seberkas buku cerita itu pada Agung. Namun, sepekan sebelum pertemuanku dengannya, malah dia pergi untuk selamanya. Bahkan dia pergi tanpa menemuiku terlebih dahulu. Hanya kabar kematianlah yang kudengar jauh dari kota Kediri itu.

Aku tak menyangkal bahwa setiap rencana Tuhan pasti terselip hikmah yang dapat kupelajari. Namun, hingga kini kepergian seorang Agung menyisakan sejumput pertanyaan yang terus menghiasi pikiranku, secepat itukah Allah memanggil Agung? Disaat semua yang kurencanakan belum bisa kutunaikan?

Mungkin aku harus terima tentang perjalanan hidup ini. Seratus hari yang lalu aku merindukan sahabatku, dan sampai detik ini pun rasa itu masih menghiasi relung hatiku. Puluhan gambar Agunglah tempatku mengenang sahabat terbaikku. Untaian do'a-lah penghubungku dengan pemuda itu. Banyak orang menganggap kepergian Agung dengan cara tragis. Tapi aku yakin Agung telah tenang di alam sana. Aku harus pasrah akan kepergiannya dari hidupku, dari hidup kami semua. Semoga kau tenang di alam sana wahai saudaraku! Amin.

Sampang, 31 Maret 2012
Menjelang Pagi
***


1 komentar: