Jumat, 15 Juni 2012

Bakar Ikan di Malam Perpisahan (Catatan Akhir KKN-ku di Desa Kramat)

Seusai shalat Maghrib, aku duduk di bibir tangga musholla depan balai desa. Sejenak aku termenung menikmati sisa-sisa senja yang indah merona. Langit yang mulai meredup itu seakan memberikan energi berbeda dihatiku, didadaku. Kutatap saja lukisan malam Tuhan sambil diiringi suara indah anak-anak mengaji di dalam Musholla. Sejuk, damai dan tentram, itulah yang kurasakan kala lantunan ayat-ayat suci Al-Qur'an menyapa telinga dan hatiku.

"Ayo cepat ngumpul..! Siapkan batu-bata untuk tempat panggang ikan, takut Pak Zaini keburu pulang" seru salah seorang teman yang sudah berada di balai desa.

Aku terkesiap mendengar panggilan itu. Tanpa pikir panjang kupakai sepatu dan beranjak mendekati teman-temanku. Ya, malam itu adalah malam perpisahan program KKN-ku di desa Kramat, Tlanakan Pamekasan. Setelah hampir sebulan aku berkutat dengan berbagai program yang telah direncanakan mulai dari berkumpul dengan aneka sapi, datang ke rumah warga dengan jalan kaki, hingga mengajar ke sekolah-sekolah swasta di sekitar desa pun telah kami lalui. Kini semua kegiatan itu sudah berakhir, berada di ujung sebuah perpisahan. Berbagai kenangan indah telah tergores dan tersimpan dalam sejarah hidup kami, terutama di perjalanan hidupku.

Salah satu peristiwa yang paling kuingat adalah saat melakukan program inti yaitu suntik sehat sapi. Kebetulan hari itu kegiatannya dilakukan secara door to door, kami datang menuju kandang satu ke kandang lainnya dengan membawa suntikan dan langkah penuh ceria. Saat kami berkunjung ke rumah pertama, ternyata sang pemilik rumah harus dengan susah payah mengeluarkan sapinya dari dalam kandang karena ternyata sang sapi tengah ketakutan. Sekuat tenaga wanita setengah baya itu menarik dan membujuk si sapi (hehehe, kayak bayi aja ya pake dibujuk segala).

Nah, setelah dengan susah payah perempuan setengah baya yang mengaku bernama "Suimah" (Hmm, namanya mirip Soimah si artis papan atas yang katanya pemilik acara menggelora dan membahana itu loh. Hahaha, ups!! Lanjut aja ya), dia pun mengikat tali di sebuah pohon dekat rumah kayu miliknya. Selanjutnya Suimah mengelus sapinya dengan lembut. Tapi tiba-tiba bulu sapi itu beterbangan ke arah kami. Sontak kami menghindar. Menurut informasi yang kami dapat, apabila bulu-bulu halus itu kena hidung, akan menimbulkan sesuatu yang sedikit berbahaya. Jadi, untuk lebih waspada, dengan lihai kami langsung menghindar. Jujur saja, selama aku hidup di Sampang, baru siang itu aku melihat bulu sapi bisa rontok gara-gara gugup. (Hahahaha... Gugup karena liat cowok-cowok ganteng kali ya,,)


Oh iya, saking gugupnya si sapi tersebut, saat teman kami memegang ekor hendak mengarahkan jarum suntik, malah hewan berkulit coklat itu mengeluarkan kotorannya tanpa permisi. Kotorannya pun encer (hiiii jijay buanget!!)

"Bu, sapi ini ternyata diare," kata temanku.

"Oh ya?" tanggapan Bu Suimah singkat sambil menganggukkan kepalanya.

"Nah, kalau bisa Ibu ambil beberapa helai daun jambu dicampur sedikit kunyit, lalu berikan pada sapi ini supaya diarenya cepat sembuh," jelas temanku dengan raut muka serius.

"Ya, ya, biar nanti saya beri seperti yang anda katakan, terima kasih informasinya,"

"Terus, jika si sapi nggak mau dikasi ramuan tadi, ganti saja dengan teh." kata temanku lagi. Bu Suimah pun kembali mengangguk. Karena geram, tiba-tiba aku pun nyeletuk,

"Hm, kalau masih nggak mau dikasi teh, biar praktis mending kasi diapet aja bu. Diare mampet, aktivitas pun lancar!"

semua teman-temanku pun tertawa termasuk Bu Suimah. Aku juga tertawa sambil memegang perut penuh geli. Canda tawa penghilang lelah senantiasa menghiasi langkah kami dari rumah satu ke rumah yang lain.

Itulah salah satu peristiwa lucu di tempat KKN_ku. Masih banyak cerita lain yang lebih ceria dan lucu namun tidak bisa kuceritakan satu per satu. Yang jelas, memang benar kata teman-temanku bahwa KKN adalah salah satu kegiatan yang tak dapat dilupakan dimasa-masa kuliah.

Akhirnya, di malam perpisahan itu, aku dan teman-temanku sibuk menyiapkan arang untuk memanggang ikan dan makan bersama beralaskan daun pisang. Apalagi dinaungi langit malam yang ditaburi ribuan bintang gemintang. Oh, benar-benar tak terlupakan.

Sampang, 21052012
Menjelang Senja
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar