Kamis, 04 Juni 2015

Batu Lagi, Lagi-Lagi Batu [Catatan Perjalanan]

Tak ada kata bosan bila membahas tentang Malang, iya, tepatnya kota Batu, Malang. Sebab, aku telah jatuh cinta sama kota berhawa dingin itu. Benar-benar jatuh cinta deh pokoknya! Sudah kesekiankalinya aku berkunjung ke Batu, sudah kesekian kali pula aku merasakan indahnya rasa bahagia itu. Aku sama sekali tidak merasa bosan apalagi jenuh. Pokoknya aku selalu suka deh sama yang namanya kota Batu...

Salah satu hal yang paling kusuka saat ke kota Malang adalah udaranya yang segar. Aku merasa berada di surga ketika menghirup udara segar di bentang alam yang dikelilingi pegunungan. Sepertinya aku ingin setiap hari berada di kota itu, sampai-sampai ada seorang teman yang nyeletuk, "Nyari aja istri orang Malang, Kawan!" katanya sembari tertawa renyah. Benar juga ya, Huahaha...

Beneran deh, yang namanya kota Batu itu emang luar biasa. Banyak destinasi wisata di sana. Salah satunya wisata Paralayang dan Omah Kayu di kawasan puncak Gunung Banyak. Berada di lokasi wisata ini, serasa berada di atas awan. Benar-benar indah!

Sebenarnya, Minggu kemarin, tanggal 31 Mei 2015, aku ikut rombongan para siswa jalan-jalan ke kota Batu. Ada beberapa tempat yang menjadi tujuan liburan kami, pertama Air terjun Coban Rondo, kedua Wisata Paralayang beserta Omah Kayu, dan terakhir Selecta. Namun karena ada beberapa hal akhirnya Selecta dicoret dari daftar destinasi rombongan kami. Tapi aku yakin meski satu tempat telah dicoret, tak akan mengurangi kebahagiaanku saat menikmati sejuknya kota yang terkenal akan apelnya itu.

Well, pagi-pagi sekali kami tiba di Air Terjun Coban Rondo. Kurang lebih sekitar pukul 8 pagi. Tiket masuk pun masih sama seperti tahun kemarin, cukup Rp.15.000 saja per orang. Ini kali ke empat aku berkunjung ke air terjun setinggi 84 meter itu, dan lagi-lagi aku sama sekali belum mampu menyematkan kata 'BOSAN' untuk tempat yang dikelilingi pohon pinus itu. Suasana dingin dan sejuknya air di Coban Rondo telah membuatku terlena. Aku bahkan masih suka berendam di air super dingin itu. Terlebih saat kicauan burung, kera-kera, serta hewan lain yang beradu dengan suara air terjun, sama sekali membuat pikiranku terasa syahdu.



Pukul 10.30 pagi kami beranjak dari kawasan air terjun itu. Alasannya karena tempat itu sudah mulai ramai oleh pengunjung. Memang benar adanya, semakin siang wisatawan semakin membludak. Tempat parkir kendaraan pun mulai dipenuhi bis-bis pariwisata. Sarana outbond juga dipadati para anak-anak yang ingin menguji adrenalin. Tak sedikit pula yang mulai memadati jalan dan sudut-sudut air terjun. Itulah alasan mengapa rombongan kami memutuskan keluar dari kawasan air terjun.

Destinasi selanjutnya adalah wisata Paralayang. Ini nih yang paling aku tunggu. Sejak masih di Madura aku sudah membayangkan bagaimana keindahan tempat penerjun itu. Aku sempat melihat di Youtube tentang suasana di kawasan itu, dan sukses membuatku penasaran.

Sebenarnya wisata Paralayang ini masih satu arah dengan lokasi Air Terjun Coban Rondo, bedanya di pertigaan patung sapi depan gang, kami pun harus belok kiri. Dan perjalanan menuju tempat Paralayang pun tak kalah curam dari tempat air terjun.

Untuk masuk kawasan Paralayang kami harus membeli tiket Rp 5000 saja. Dari lokasi parkir menuju spot pun tidak terlalu jauh, sekitar dua ratus meter saja, tapi sedikit menanjak. Dan satu hal yang membuatku senang saat berada di lokasi itu. Baru menginjakkan kaki di puncak, aku disuguhkan oleh pemandangan alam yang luar biasa indah, panorama kota Batu dari ketinggian. Ratusan rumah tampak seperti sampah yang berserakan di bawah lembah raksasa. Ya, kurang lebih seperti itulah yang kulihat.

Bukan hanya itu, aku pun bergegas gabung dengan kurumunan orang-orang yang berjajar melingkar di atas lahan seluas empat sampai lima meter persegi itu. Usut punya usut, ternyata mereka tengah menyaksikan seorang pemuda yang hendak melakukan paralayang. Sebagai momen pertama, aku pun mengarahkan mata kamera ke arah pemuda itu. Aku ingin mengabadikan momen keren itu.

Menurut informasi yang kudapatkan, ternyata untuk melakukan paralayang perlu mengeluarkan uang sekitar Rp 350.000an. Itu untuk penerjun tendem, yang ditemani oleh pemandu. Dan bukan hanya itu saja, si penerjun pun mendapat fasilitas merekam momen terjun mereka dengan memakai tongsis. Jangankan ikutan terjun, membayangkan melayang di atas ketinggian Gunung Banyak pun aku bergidik. Hehehe... meski suka panorama alam dari atas gunung, aku tetap takut ketinggian loh. Hehehehe... *tutup muka karena malu.

Cukup lama juga aku dan rombongan berada di kawasan itu. Kami sempat duduk menghadap jurang dan menikmati indahnya panorama alam yang diciptakan Tuhan. Aku bahkan sempat berpikir betapa kayanya Indonesia.


Selanjutnya kami beralih ke Omah Kayu. Tempat ini tidak terlalu jauh dari lokasi paralayang, bahkan bisa dibilang satu kawasan saja. Jaraknya hanya sekitar 150 meter saja dari arah penerjunan. Namun, untuk memasuki Omah Kayu kami masih perlu membeli tiket 5ribu rupiah lagi.

Seperti namanya, tempat ini hanya menyuguhkan sebuah rumah kayu yang dibangun di atas pohon pinus yang cukup tinggi. Rumah kayunya pun masih cukup sedikit, kurang lebih sekitar 6 rumah saja. Rumah kayu ini bisa disewa untuk menginap dengan tarif sekitar 300 - 350ribuan per malam. Dan siapa pun yang menginap, pasti diharuskan menanam pohon di kawasan itu. Unik juga, sambil liburan masih peduli terhadap alam, pikirku.

Panorama alam dari tempat ini cukup unik, masih dengan padatnya kota Batu, namun kali ini ada beberapa tirai alam berupa deretan pohon pinus yang berukuran cukup besar. Aku sempat membayangkan bagaimana jika malam hari tiba, pasti pemandangan di tempat ini indah sekali. Pasti pengunjung pun serasa berada di atas langit.


Wah, ternyata panjang juga ya ceritaku. Hehehe... udah ah, pokoknya kota Batu Malang luar biasa deh. Semoga liburan selanjutnya aku bisa ke kota Batu lagi. Amin...  Lanjut kapan-kapan lagi ya... bye!

Kamarku,
Sampang, 3 Juni 2015,
Tanah Garam, Madura.
***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar